AD (728x90)

Sabtu, 14 September 2013

“Berapa Banyak Sholat Yang Kamu Tinggalkan Nak?”

Share it Please




1379212812536800457

Senja itu dalam rintik gerimis yang cukup membuat badan memggigil aku terus memacu motor bututku yang bersuara cempreng. Gundah yang menggelayut dalam benak dan pikiran membuat aku ingin terus berkendara dengan tujuan melepas beban pikiran. Beban dan tuntutan kehidupan begitu berat aku rasakan menghimpit hati yang berusaha untuk tetap tegar, tapi tetap saja tak jarang hilang kendali. Menjelang maghrib hujan tak juga reda dan malah semakin deras titik air yang tercurah dari langit. Seakan langit turut menangis mendengar keluh kesah hati kecil ku.
Aku berhenti di sebuah halaman ruko yang sudah tutup untuk berteduh dan berhenti sejenak karena punggung yang terasa nyeri karena lama berkendara. Aku duduk di samping bapak tua yang sedang memilah hasil kerjanya seharian. Dia asik memilah botol bekas yang dikumpulkan di dalam karung yang berukuran besar sasmbil menghisap rokok kretek murahan yang bau asapnya membuat aku sesak nafas dan ingin batuk saat asapnya terbawa angin ke arah hidung ku,.
“malam pak, dapat banyak pak hari ini?” tanya ku berharap ada teman ngobrol.
Dia menoleh dan tersenyum kemudian menjawab “Alhamdulillah nak, cukup untuk membuat perut orang rumah terisi untuk besok.”
“bapak tinggal sama siapa saja kalau boleh tahu” tanya ku lagi.
“cuma dengan istri bapak saja, anak sudah ikut suaminya dan tinggal di luar kota. Dan beginilah sampingan pekerjaan bapak dalam menjalani hidup.” jawabnya dengan santai dan tangannya masih sibuk memilah botol bekas.
“saya boleh tanya gak pak? tapi maaf sebelumnya kalau saya lancang jadinya” ucap ku sambil berusaha tersenyum.
“silahkan nak, bapak akan menjawab kalau bapak paham tentang pertanyaannya” jawabnya kemudian menghisap rokoknya. Dan tidak lama kemudian asapnya mengepul keluar dari mulutnya.
“maaf ya pak, yang pengen saya tanyakan adalah dengan pekerjaan bapak yang seperti ini apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan bapak dan keluarga?” tanyaku dengan suara yang agak pelan karena takut membuat si bapak tua itu tersinggung.
Kemudian dia merapikan karungnya dan beringsut duduknya agar lebih dekat dengan aku. Dia menatap ku dengan selidik dan kemudian tersenyum simpul. Dia menghela nafas panjang sambil melihat kearah langit yang masih mencurahkan rintik air yangsepertinya belum mau berhenti.
“Nak” suaranya memecah keheningan diantara kami.
“Cukup atau tidak cukup itu bagaimana kita menyikapi. Kalau di padang dengan sekilas pandang, pasti semua tidak akan ada cukupnya” lanjutnya.
“maksudnya pak?” tanya ku agak penasaran sambil menekuk lutut ku agar menutupi bagian dada supaya terasa hangat dan terlindung dari dinginnya angin yang di sertai hujan.
“manusia tidak akan pernah merasa cukup nak, biarpun penghasilannya semilyar sehari mereka tidak akan pernah merasa cukup dan cenderung pengen mendapatkan yang lebih besar lagi. Patokan cukup itu standarnya adalah rasa syukur yang kita miliki. Seberapa ihlas kita menerima rizki dari Allah yang telah dicatatkan untuk kita” kemudian bapak tua itu berhenti sejenak sambil mengatur nafasnya.
“bapak boleh tanya ke kamu nak sedikit saja?” ujarnya sambil menatap mataku dalam.
“dengan senang hati pak, silahkan” jawab ku sambil tersenyum juga.
“dari tadi bapak melihat wajah kamu murung nak, sebenarnya bapak sudah bisa menebak arah pembicaraan kamu dengan bertanya kepada bapak. masalah kamu apa nak? siapa tahu baak bisa sedikit berbagi pengalaman tentang hidup dan himpitannya” tanyanya kepada ku.
Aku menghela nafas panjang sambil menundukkan kepala ku, ingin rasanya aku bercerita panjang lebar dan menumpahkan segala beban ku kepada bapak tua ini agar lega dan bisa mendapatkan sedikit nasehat. Tapi aku tidak mau menceritakan semua masalah ku, dan aku memutuskan untuk menceritakan garis besarnya saja.
“masalah yang biasa pak” ucap ku masih sambil tertunduk. “penghasilan kecil tapi tanggung jawab sangat besar bagi seukuran orang seperti saya” jawab ku tak lama kemudian.
“Nak, tidak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya. Tapi karena kebingungan, orang cenderung tidak bisa melihat jalan keluar yang datang bersama masalah tersebut. Dan gak ada masalah yang melebihi batas kemampua. Dan kamu nak, diberi ujian seperti itu untuk mendewasakan kamu dan Allah tahu kamu bisa melewatinya. Tapi maaf, mungkin kamu terlalu sibuk dengan masalah yang datang sehingga lupa untuk mendekati yang memberikan kamu masalah itu sendiri yaitu Allah. Dan kecenderungan untuk mengeluh itulah sebenarnya yang membuat beban semakin terasa berat dan menyesakkan dada” jawaban bapak tua itu dengan lembut dan penuh nasehat.
“sudah bertahajjud atau menangis dihadapan Allah nak?” tanyanya.
mendengar pertanyaan itu aku terhenyak dan tersadar betapa banyaknya shalat yang aku tinggalkan. Dan sering kali aku dengan sengaja meninggalkannya karena rasa malas karena berfikir “aku sholat siang malam juga kehidupan ku tidak membaik”. itu terus yang sering terdengar membisiki hati dan pikiran ku.
“Belum pak, dan saya sering meninggalkan sholat” jawab ku dengan tertunduk malu.
“nah, bagaimana kamu mau mendapatkan pertolongan Allah nak kalau kamu tidak memintanya dan kamu malah menjauh dari Allah. ingat nak, orang yang dekat dengan Allah maka akan dekat pula dengan pertolongan Allah” jelasnya sambil tetap tersenyum kepada ku.
“memang, tujuan sholat bukanlah agar kita menjadi kaya atau kita lepas dari segala permasalahan. karena sholat adalah kewajiban kita sebagai mahluk. Tapi dengan sholat, kita menjadi dekat dengan Allah dan dekat pula dengan petunjuknya. dekat pula dengan pertolongannya nak, lepaskan semua beban mu dan serahkan kembali kepada Allah dan biar Allah yang mendatangkan bantuan untuk kamu. jangan pernah berputus asa, karena orang yang putus asa akan jauh dari rahmat Allah” jawabannya begitu menenangkan hati dan pikiran ku. Aku hanya bisa terdiam dan mendengarkan nasehat bapak tua si pemulung itu.
“jangan pernah ragu kepada Allah nak, karena Dia lah yang menciptakan kita dan yang menanggung rizki kita. pekerjaan tidak akan pernah bisa mencukupkan kebutuhan kita, tapi rasa syukur kita dan rahmat-Nya lah yang mencukupkan dan mengkayakan hati kita. Mintalah apa saja dengan sholat dan sabar maka Allah akan mengabulkannya cepat atau lambat.” lanjut pak tua si pemulung tadi.
“wah gak terasa udah malam nak, bapak harus pulang. takut istri bapak khawatir nunggu bapak di rumah” ucapnya membuyarkan keheningan ku.
“iya pak, dan terima kasih untuk nasehatnya yang indah ini pak. saya mendapatkan ketenangan dari nasehat bapak tadi” jawab ku dengan tersenyum dan kemudian menyalaminya.
“pulanglah nak, dan sholatlah. Insyaallah akan terjawab semua kegelisahan kamu. bapak pamit dulu Assalamualaikum” kemudian dia mengangkat bawaannya.
“waalaikumsalam” jawab ku sebelum ahirnya dia berjalan membelah hujan yang masih turun dengan tubuh tuanya.
Seorang bapak tua yang pekerjaanya pemulung tapi dia begitu menikmati hidupnya yang menurut orang serba kekurangan. Tapi dia merasa tidak kekurangan dengan apa yang telah diberikan oleh Allah yang menurut orang lain sangatlah sedikit dan mungkin penghasilannya sehari sama dengan uang untuk beli pulsa sehari. Terkadang jawaban yang kita cari didapatkan dari orang yang biasa saja.
Malam semakin merangkak naik dan aku putuskan untuk pulang. Dalam perjalanan aku baru ingat kenapa tidak menanyakan namanya atau dimana bapak tua pemulung tadi tinggal. Namun aku beryukur telah di pertemukan oleh Allah dengan bapak tua tadi. Yang memberi nasehat meskipun aku belum mengenalnya dan tidak tahu siapa dia.
“Alhamdulillah” ucap ku dalam hati karena Allah telah memberi petunjuk dengan cara yang tidak aku sangka.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 Puisi Jalanan. All rights resevered. Designed by Templateism