AD (728x90)

Jumat, 06 September 2013

Jangan Ajari Aku Maksiat

Share it Please
Malam belum begitu larut sewaktu dinda melamun sendiri di teras rumah. Terbayang ucapan Jimmy untuk mengajaknya jadian dan pacaran. Terbersit dalam hatinya rasa takut karena terbayang gaya pacaran remaja sekarang yang begitu melampaui batas. Dan lamunannya buyar ketika hp yang di pegangnya berbunyi.

“assalamualaikum” sejenak setelah diangkatnya telpon itu.
“waalaikumsalam, ganggu gak dinda?” tanya suara yang telah akrab di telinga dinda.
“nggak kok jimm, lagi ngelamun aja di teras” sambung dinda lembut.
Terdengar suara tertawa dari suara yang di seberang “hehehehe pasti ngelamunin aku ya dind”.
“ih ge er…. siapa juga yang ngelamunin kamu” jawab dinda dengan entengnya.

Dinda segera beranjak masuk ke dalam rumah karena angin malam mulai bertiup kencang dan dingin. Segera dia masuk kamar dan menutup pintu kamar dan rebahan di atas kasurnya yang tertata rapi dan bersih.

“gimana dinda dengan ungkapan perasaan ku tadi siang” tegas jimmy dengan suara yang agak tertahan.
dinda sengaja diam sejenak agar membuat jimmy penasaran.
“halloo… kok diem dinda? lagi sibuk ya?” tanya jimmy gak sabar.

“gak kok lagi berfikir aja tentang ajakan kamu untuk pacaran, terus terang aku takut dengan pacaran. aku takut dengan gaya pacaran jaman sekarang yang kebablasan” jelas dinda dengan tenang.
“takut kenapa? kan gak yang macem macem dind… paling kita cuma jalan berdua atau mungkin nonton berdua” ujar jimmy menjelaskan.

“humhhhh emangnya kalau kita jalan berduaan kamu mau ngapain aja?” tanya dinda penuh selidik.
“paling ya cuma gandeng tangan kamu atau peluk bahu kamu kalau kita sedang jalan berdua” tukas jimmy dengan langsung.

Dinda mengambil nafas panjang dengan segala perasaan yang menggumpal dan rasa bimbang dengan penjelasan jimmy. Tak sanggup dinda membayangkan tubuhnya di sentuh oleh laki-laki yang bukan muhrimnya dan juga belum halal untuk dia.

“apa gak bisa ya pacaran tanpa sentuhan?” tanya dinda memecah kesunyian.
“hahahaha… ya mana asik pacaran gak gandengan tangan, kamu ini aneh banget ah dind” ujar jimmy sambil tertawa renyah.
“ya kan siapa tahu kalau pacaran tuh bisa gak usah saling sentuh, karena kan belum muhrim jimm” timpal dinda dengan lembut.

“iya juga sih dind… tapi gak papa juga kan kalau cuma gandengan tangan atau memeluk pundak kamu kalau lagi jalan berdua. biar romantis dan biar kita makin mesra dalam menjalani hubungan kita. Toh aku juga kan gak mungkin berbuat yang macam-macam” jelas jimmy beremangat.

“ohhh gitu ya” ucap dinda singkat.
“iya dinda, dan aku rasa itu gak akan menjadi masalah kan?” imbuh jimmy menjelaskan.
“beri aku waktu ya biar aku istiharoh dulu untuk memberi jawaban ke kamu, dan sekarang aku mau itirahat dulu dan kita sambung lagi besok, selamat malam assalamualaikum jimm” jelas dinda dengan lugas.
“waalaikumsalam selamat istitahat ya” kemudian jimmy menutup telponnya.

Dinda termenung sendirian di dalam kamarnya. Dia mengingat kembali penjelasan jimmy tentang pacaran dan bagaimana ketika jalan berdua. Pikirannya tak tentu arah karena dalam hati kecilnya juga menyukai jimmy seorang pribadi yang ramah. Tepat tengah malam dinda beranjak dari tempat tidurnya untuk beristiharoh memohon petunjuk kepada Allah, agar diberi ketetapan hati untuk menentukan yang terbaik.
Di pagi harinya yang agak mendung, sambil duduk di depan teras rumahnya, dinda segera menelpon jimmy untuk memberikan jawaban atas ungkapan perasaan jimmy kepadanya. Lama barulah diangkat telpon dinda oleh jimmy.

“assalamualaikum dind.. tumben pagi sudah nelpon” tanya jimmy dari seberang sana.
“iya jimm, maaf kalau aku mengganggu kesibukan kamu di pagi ini. biar segera jelas semuanya dan kamu tidak menunggu lagi apa jawaban aku untuk kamu jimm” sahut dinda dengan tenang.
“trus bagaimana dind jawaban kamu setelah istiharoh semalam?” tanya jimmy gak sabar.

Dinda menghela nafas menguatkan hatinya untuk memberitahu jimmy apa jawabannya.
“begini ya jimm…. setelah mendengar penjelasan kamu semalam dan setelah aku beristiharoh, aku tetapkan dalam hati ku kalau aku gak bisa menerima kamu sebagai pacar ku. tapi kita masih bisa menjadi teman seperti hari yang lalu jimm. Aku tidak mau bermaksiat jimm. dan jangan ajari aku bermaksiat. Biarlah aku di katakan tidak laku asal aku jauh dari maksiat meskipun itu hanya sentuhan kecil” jelas dinda dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan jimmy.

“ya sudahlah dinda kalau memang begitu prinsip kamu, aku hormati dan hargai. dan semoga kamu mendapatkan seorang pria yang baik yang bisa menjaga kamu dan melindungi kehormatan kamu serta menjauhkan kamu dari maksiat. Terus terang aku belum bisa menjadi seperti itu, aku pengen pacaran seperti orang lain yang bisa jalan bareng dengan mesra” jawab jimmy dengan suara yang lemas karena sadar cintanya sudah di tolak oleh dinda.

“sekali lagi maaf ya jimm… dan maaf udah mengganggu waktu kamu” ujar dinda.
“gak ada yang salah dind.. pandangan kita yang berbeda, dan kamu tidak mengganggu aku kok” balas jimmy dengan hati yang patah.

“kalau begitu udahan dulu ya jimm, aku mau bantu ibu di dapur. assalamualaikum jimm” ujar dinda menyudahi pembicaraan.

“waalaikumsalam dinda” sahut jimmy menjawab salam kemudian telpon pun mati.

Dinda menarik nafas lega dengan keputusan yang diambilnya. Dia yakin pasti ada pria yang datang menjemputnya dan menjadikannya pendamping hidupnya tanpa harus pacaran yang dapat menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan. Senyumnya mengembang dengan indah dan ringan karena telah melewati cobaan untuk keimanannya kepada Allah.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 Puisi Jalanan. All rights resevered. Designed by Templateism