Malam belum begitu larut sewaktu dinda melamun sendiri di teras
rumah. Terbayang ucapan Jimmy untuk mengajaknya jadian dan pacaran.
Terbersit dalam hatinya rasa takut karena terbayang gaya pacaran remaja
sekarang yang begitu melampaui batas. Dan lamunannya buyar ketika hp
yang di pegangnya berbunyi.
“assalamualaikum” sejenak setelah diangkatnya telpon itu.
“waalaikumsalam, ganggu gak dinda?” tanya suara yang telah akrab di telinga dinda.
“nggak kok jimm, lagi ngelamun aja di teras” sambung dinda lembut.
Terdengar suara tertawa dari suara yang di seberang “hehehehe pasti ngelamunin aku ya dind”.
“ih ge er…. siapa juga yang ngelamunin kamu” jawab dinda dengan entengnya.
Dinda
segera beranjak masuk ke dalam rumah karena angin malam mulai bertiup
kencang dan dingin. Segera dia masuk kamar dan menutup pintu kamar dan
rebahan di atas kasurnya yang tertata rapi dan bersih.
“gimana dinda dengan ungkapan perasaan ku tadi siang” tegas jimmy dengan suara yang agak tertahan.
dinda sengaja diam sejenak agar membuat jimmy penasaran.
“halloo… kok diem dinda? lagi sibuk ya?” tanya jimmy gak sabar.
“gak
kok lagi berfikir aja tentang ajakan kamu untuk pacaran, terus terang
aku takut dengan pacaran. aku takut dengan gaya pacaran jaman sekarang
yang kebablasan” jelas dinda dengan tenang.
“takut kenapa? kan gak yang macem macem dind… paling kita cuma jalan berdua atau mungkin nonton berdua” ujar jimmy menjelaskan.
“humhhhh emangnya kalau kita jalan berduaan kamu mau ngapain aja?” tanya dinda penuh selidik.
“paling ya cuma gandeng tangan kamu atau peluk bahu kamu kalau kita sedang jalan berdua” tukas jimmy dengan langsung.
Dinda
mengambil nafas panjang dengan segala perasaan yang menggumpal dan rasa
bimbang dengan penjelasan jimmy. Tak sanggup dinda membayangkan
tubuhnya di sentuh oleh laki-laki yang bukan muhrimnya dan juga belum
halal untuk dia.
“apa gak bisa ya pacaran tanpa sentuhan?” tanya dinda memecah kesunyian.
“hahahaha… ya mana asik pacaran gak gandengan tangan, kamu ini aneh banget ah dind” ujar jimmy sambil tertawa renyah.
“ya kan siapa tahu kalau pacaran tuh bisa gak usah saling sentuh, karena kan belum muhrim jimm” timpal dinda dengan lembut.
“iya
juga sih dind… tapi gak papa juga kan kalau cuma gandengan tangan atau
memeluk pundak kamu kalau lagi jalan berdua. biar romantis dan biar kita
makin mesra dalam menjalani hubungan kita. Toh aku juga kan gak mungkin
berbuat yang macam-macam” jelas jimmy beremangat.
“ohhh gitu ya” ucap dinda singkat.
“iya dinda, dan aku rasa itu gak akan menjadi masalah kan?” imbuh jimmy menjelaskan.
“beri
aku waktu ya biar aku istiharoh dulu untuk memberi jawaban ke kamu, dan
sekarang aku mau itirahat dulu dan kita sambung lagi besok, selamat
malam assalamualaikum jimm” jelas dinda dengan lugas.
“waalaikumsalam selamat istitahat ya” kemudian jimmy menutup telponnya.
Dinda
termenung sendirian di dalam kamarnya. Dia mengingat kembali penjelasan
jimmy tentang pacaran dan bagaimana ketika jalan berdua. Pikirannya tak
tentu arah karena dalam hati kecilnya juga menyukai jimmy seorang
pribadi yang ramah. Tepat tengah malam dinda beranjak dari tempat
tidurnya untuk beristiharoh memohon petunjuk kepada Allah, agar diberi
ketetapan hati untuk menentukan yang terbaik.
Di pagi harinya yang
agak mendung, sambil duduk di depan teras rumahnya, dinda segera
menelpon jimmy untuk memberikan jawaban atas ungkapan perasaan jimmy
kepadanya. Lama barulah diangkat telpon dinda oleh jimmy.
“assalamualaikum dind.. tumben pagi sudah nelpon” tanya jimmy dari seberang sana.
“iya
jimm, maaf kalau aku mengganggu kesibukan kamu di pagi ini. biar segera
jelas semuanya dan kamu tidak menunggu lagi apa jawaban aku untuk kamu
jimm” sahut dinda dengan tenang.
“trus bagaimana dind jawaban kamu setelah istiharoh semalam?” tanya jimmy gak sabar.
Dinda menghela nafas menguatkan hatinya untuk memberitahu jimmy apa jawabannya.
“begini
ya jimm…. setelah mendengar penjelasan kamu semalam dan setelah aku
beristiharoh, aku tetapkan dalam hati ku kalau aku gak bisa menerima
kamu sebagai pacar ku. tapi kita masih bisa menjadi teman seperti hari
yang lalu jimm. Aku tidak mau bermaksiat jimm. dan jangan ajari aku
bermaksiat. Biarlah aku di katakan tidak laku asal aku jauh dari maksiat
meskipun itu hanya sentuhan kecil” jelas dinda dengan lembut agar tidak
menyakiti perasaan jimmy.
“ya sudahlah dinda kalau
memang begitu prinsip kamu, aku hormati dan hargai. dan semoga kamu
mendapatkan seorang pria yang baik yang bisa menjaga kamu dan melindungi
kehormatan kamu serta menjauhkan kamu dari maksiat. Terus terang aku
belum bisa menjadi seperti itu, aku pengen pacaran seperti orang lain
yang bisa jalan bareng dengan mesra” jawab jimmy dengan suara yang lemas
karena sadar cintanya sudah di tolak oleh dinda.
“sekali lagi maaf ya jimm… dan maaf udah mengganggu waktu kamu” ujar dinda.
“gak ada yang salah dind.. pandangan kita yang berbeda, dan kamu tidak mengganggu aku kok” balas jimmy dengan hati yang patah.
“kalau begitu udahan dulu ya jimm, aku mau bantu ibu di dapur. assalamualaikum jimm” ujar dinda menyudahi pembicaraan.
“waalaikumsalam dinda” sahut jimmy menjawab salam kemudian telpon pun mati.
Dinda
menarik nafas lega dengan keputusan yang diambilnya. Dia yakin pasti
ada pria yang datang menjemputnya dan menjadikannya pendamping hidupnya
tanpa harus pacaran yang dapat menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan.
Senyumnya mengembang dengan indah dan ringan karena telah melewati
cobaan untuk keimanannya kepada Allah.
Jumat, 06 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar