AD (728x90)

Sabtu, 07 September 2013

Sebaris Doa Di Balik Bilik Bambu

Share it Please

“ibu sudah makan?” tanya arif sepulang sekolah kepada ibunya yang tergolek sakit.

“belum rif, ibu belum bisa bangun” dengan suara lemah ibu arif menjawab.

arif bergegas hendak menyuapi ibunya yang belum makan. sudah menjadi rutinitas arif 3 tahun belakangan merawat ibunya yang sedang terserang penyakit yang cukup serius. kala di buka lemari makanan ternyata belum ada makanan. dengan cekatan arif mencuci beras dan memasaknya. sambil menunggu nasi masak, arif mengambil air dan mengelap tubuh ibunya yang pucat pasi.

“gimana sekolah mu nak” tanya ibunya kepada arif yang sedang mengelap tubuhnya.

“alhamdulillah bu lancar, sebentar lagi ujian bu” dengan tersenyum arif menjawab
.
“masalah uang sekolah bagaimana nak? uang bapak mu sudah habis untuk berobat ibu” berkaca kaca mata ibunya memandang arif.

“arif dapat kebijakan dari sekolah bu, ibu gak usah pikirin ya yang penting ibu sembuh” kata arif sambil berdiri merapikan tempat tidur ibunya.

“maafin ibu ya nak, ibu menjadi beban buat kalian” terisak ibu arif.

“semua sudah habis terjual untuk berobat ibu, maafin ibu ya nak sudah membebani kamu” lanjut ibu arif.

dalam hati arif menangis melihat kondisi ibunya yang tak kunjung sembuh. yang dia bisa hanya merawat ibu nya semampu dan sekuat tenaganya yang masih terbatas. sementara bapaknya sibuk mencari uang untuk biaya berobat ibunya.

“ibu jangan bilang gitu, sudah jadi kewajiban saya merawat ibu. sebagai bakti saya untuk ibu” jawab arif sambil memegang tangan ibunya.

kemudian arif menuju dapur dan menyelesaikan memask nasi dan sayur seadanya. saudara ibu bapaknya sudah tidak mau tahu akan keadaan keluarga arif. dan mereka terkesan menjauh karena takut di mintai pertolongan. arif  hanya bisa menghela nafas dan mengelus dada saat melihat sanak saudaranya menggunjing tentang keluarganya.

setelah semua tersaji, arif mengambil piring dan menuangkan nasi dan lauk seadanya. dia bawa kepada ibunya dan dengan sabar menyuapi ibunya. suap demi suap nasi di suapkan kepada ibunya. tak tahan arif melihat keadaan ibunya.

“ibu yang sabar ya bu, ini cobaan dari Allah buat kita” tersenyum arif berusaha menghibur ibunya.

“ini tandanya Allah sayang kita bu, Allah menguji kesabaran kita” lanjutnya dengan lembut
.
“iya nak, ibu sabar dan akan senantiasa sabar” kata ibu arif .

kemudian arif pun beranjak dari tempat tidur ibunya. dia mengerjakan pekerjaan rumah tangga menggantikan ibunya. mulai mencuci, nyetrika, masak dan lain sebagainya. anak laki laki usia 15 tahun yang seharusnya menikmati masa remajanya bermain bersama teman sebayanya namun harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. namun trak sedikit pun arif mengeluh atau menangis. dia mengerjakan semuanya dengan riang gembira. meskipun lelah setelah sekolah dengan mengayuh sepeda yang jaraknya 15 kilo meter dari rumahnya.

“bapak hari ini pulang ya bu” tanya arif sambil duduk di kursi bambu di samping ibunya.

“iya nak mungkin nanti malam” jawab ibunya lemah.

“sebentar lagi maghrib bu saya mau ke langgar, nanti sekalian mau jemput adik” ujar arif.

” jangan lama lama ya nak” pesan ibunya

arif bergegas menuju langgar yang tak jauh dari rumahnya untuk jamaah sholat maghrib. tubuhnya yang kecil nampak kelelahan karena seharian beraktifitas. matanya sayu menahan lelah yang di sembunyikannya. setelah menunaikan ibadah sholat maghrib arif bergegas ke rumah neneknya yang agak jauh untuk menjemput adiknya yang masih kecil. di tuntunnya adiknya menuju rumah dan mereka belajar berdua di samping ibunya yang tertidur.

“dik habis ini tidur ya udah hampir jam 9″ ucap arif kepada adiknya yang masih asik membaca buku.

“iya kak” jawabnya pendek kemudian menutup bukunya dan beranjak ke kamar.

kemudian arif beranjak ke kamar mandi ambil air wudhu dan menunaikan sholat isya. dia sholat dengan khusyu dan hikmat. di resapinya semua bacaannya sampai dia menangis tersedu sedu. di sujudkannya badannya kepada Allah tuhan seru sekalian alam. di pasrahkannya seluruh hidupnya kehadirat-Nya. setelah selesai arif berdoa dengan cucuran air mata

“ya Allah ya robb, hamba bersimpuh di hadapan Mu, menengadahkan tangan kepada Mu. hanya Engkau tempat hamba menyembah dan hanya Engkau tempat kami mohonj pertolongan. hamba mohon sembuhkan ibu hamba, berilah yang terbaik bagi beliau ampuni segala dosanya dan ringankan penyakitnya. tabahkan hati bapak dan kuatkan iman kami kepada Mu ya robb. tiada lagi suadara yang peduli dengan kami, bila Engkau juga tak peduli dengan kami, lantas kepada siapa lagi kami mohon pertolongan? dari bilik bambu reot ini hamba bersimpuh kepada Mu ya Allah. kabulkan  ya Allah. amin” arif menutup doanya dan mengusap air matanya.

malam itu arif begadang menuggui ibunya, memberi segala kebutuhannya. sampai mata lelahnya tak sanggup menahan kantuk dan tertidur bersandar di kursi bambu yang keras. tubuh kecilnya terlelap di bawa mimpi. matanya sembab berlinang air mata.

“terima kasih anak ku, semoga Allah melapangkan dan memberi segala cita cita mu” gumam ibu arif melihat anak sulungnya tertidur di kursi.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 Puisi Jalanan. All rights resevered. Designed by Templateism